4/02/2010

Kerja Keras Adalah Energi Kita

Kerja Keras Adalah Energi Kita merupakan semboyan PT. Pertamina yang menandakan akan dedikasinya di Negeri Indonesia. Pertamina sebagai salah satu perusahaan negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), selama ini telah menampakkan kerja keras yang nyata dalam penyediakan energi untuk kita semua - untuk Indonesia. Tentunya dengan kerja keras Pertamina memproduksi dan memasok minyak di Indonesia berdampak positif bagi pemenuhan energi kita (our energy supply), karena Pertamina untuk semua.

Menurut penulis, hard work atau kerja keras adalah berpikir dan berusaha maksimal untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sedang kerja keras untuk kepentingan umum sudah dapat dikategorikan sebagai Pahlawan. Seperti yang dilakukan oleh Metro TV, memberikan predikat kepada profesi-profesi kerja sebagai Pahlawan Setelah Kemerdekaan. Hasilnya, profesi kerja Guru berada pada nomor urut pertama, kemudian dilanjutkan dengan profesi Dokter, Polisi, Tentara dan Wartawan pada urutan ke lima. Selebihnya terdapat profesi kerja Petugas Kebersihan, kerja keras Pemadam Kebakaran, Tim Gegana yang juga mendapat predikat sebagai Pahlawan Setelah Kemerdekaan. Untuk itu, Pertamina juga dapat dikatakan sebagai Pahlawan, karena di dalam perusahaan ini terdapat banyak profesi kerja yang telah kerja keras dalam menyiapkan sumber energi kita - untuk tanah air kita, dari sabang sampai marauke.

Vision without Action is just a dream, Action without vision just filling time. Vision with action can change the world (Joel A. Baker). Kerja Keras Adalah Energi Kita is a vision and action for our country Pertamina.

Kerja Keras Adalah Energi Kita Menghasilkan BBH

Kerja Keras Adalah Energi Kita yang dilakukan oleh Pertamina telah nampak nyata pada pemberian solusi kepada negara saat terjadinya krisis energi, mahalnya minyak metah dan energi fosil. Pertamina dengan semangat kerja melakukan pengembangan sumber energi alternatif yaitu bahan bakar nabati (BBN) atau Biofuel, bentuknya adalah biodiesel dan bioethanol. Biodiesel penggunaannya untuk subtitusi solar sedang Bioethanol sebagai subtitusi premium. Hal ini dilakukan Pertamina agar kita dapat keluar dari ketergantungan dalam penyediaan energi (kemandirian) yang berasal dari fossil energy / energi fosil.

Pada dasarnya, Biodiesel dapat diproduksi dari minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) atau minyak tanaman jarak pagar CJCO (Crude Jathropa Curcas Oil), yang dihasilkan dari proses transesterifikasi. Sedangkan Bioethanol dibuat dari tanaman yang mengandung gula dan pati, seperti tebu, singkong, sagu dan sorgum.

Saat ini Pertamina memproduksi biodiesel dari proses transesterifikasi minyak sawit (CPO) yang menghasilkan metil ester asam lemak murni (FAME). FAME ini di blending dengan solar murni dengan formulasi B-5 yaitu 5% FAME dan 95% solar murni bersubsidi. Produk hasil kerja keras pertamina adalah biodiesel blend diberi nama populer Biosolar dan Bioethanol blend dengan nama Bio Premium (5% Bioethanol Blend).

Dengan semboyan Kerja Keras Adalah Energi Kita Pertamina sebagai penyedia energi kita harus be- kerja keras lagi dalam mengembangkan bahan bakar nabati (dari tanaman). Khususnya, mengurangi peggunaan CPO yang berasal dari kelapa sawit. Sebaiknya penggunaan CPO lebih ditujukan untuk keperluan minyak goreng agar impor minyak goreng dapat dikurangi, serta menghindari kelangkaan minyak goreng. CPO juga merupakan komoditi ekspor negara kita yang dapat meningkatkan penerimaan negara. Maka dari itu, Pertamina harus lebih intensif mengembangkan sumber energi CJCO dari jarak pagar (Jathropa curcas) karena tanaman ini merupakan komoditi non-pangan dan dapat tumbuh di lahan kritis.

Selain itu, pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai subtitusi solar dan singkong sebagai subtitusi premium telah menjadi ketetapan pemerintah. Kedua komoditas ini diharapkan dapat menggantikan 10% pemakaian solar dan 10% pemakaian premium (Kompas, 17 Oktober 2005). Dengan demikian, negara kita akan menghemat 10% impor solar dan premium jika kerja keras Pertamina berhasil merealisasikan produksi B-10.

Biodiesel dapat juga dikatakan sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Hampir semua komponen bahan kimia yang ada dalam biodiesel rendah jika dibandingkan dengan solar murni. Terkadang biodiesel tidak mengandung senyawa SO2, walaupun ada nilainya relatif kecil (< 15 ppm). Begitupun dengan karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan cukup rendah. Menurut beberapa referensi Belerang merupakan pemicu emisi SPM (Solid Particulate Matter) dan asap hitam. Partikel SPM bersifat karsiogenik atau bahan pemicu sel kanker. Mesin kendaraan yang menggunakan solar menghasilkan emisi SPM lebih banyak jika dibandingkan dengan biodiesel. Selain itu, biodiesel juga ramah terhadap mesin, khususnya pada piston karena memiliki pelumasan.


Pengelolaan Biodiesel dan Bioethanol harus menjadi tanggung jawab kerja Pertamina, mulai dari produksi sampai memasarkan produk tersebut-kalau bisa sampai tahap pengelolaan bahan baku. Seperti dalam hal produksi, sebaiknya Pertamina melakukan pembinaan terhadap masyarakat agar bekerja memproduksi Biodiesel dengan menggunakan alat pemerah/pengepres minyak jarak dibuat dengan teknologi sederhana. Maksudnya adalah agar Pertamina dapat mengontrol pengelolaan dan harga jual biodiesel, walaupun pertamina sendiri yang mengolahnya. Dengan demikian, kerja keras adalah upaya Pertamina untuk mencegah atau setidaknya mengurangi praktek monopoli pihak lain dan mendukung independensi suplai energi kita.

Komitmen Kerja Keras Adalah Energi Kita Dalam Pelestarian Lingkungan

Pertamina juga lebih serius dan kerja keras dalam melakukan program-program pelestarian lingkungan yang sejalan dengan program pemerintah. Selain mengembangkan sumber energi ramah lingkungan, Pertamina juga berkomitmen melakukan pelestarian alam, sebagai contoh adalah penghijauan hutan. Saat ini, Pertamina telah melaksanakan dua tahap penanaman bakau pada hutan mangrove (mangrove forest) di Denpasar Bali. Tahap pertama dilakukan di Hutan Mangrove Benoa Bali sebanyak 1000 bibit bakau dan tahap kedua dilakukan di Hutan Mangrove daerah Tahura Desa Sarangan sebanyak 25.000 bibit bakau. Kegiatan pelestarian alam ini dimaksudkan untuk mencegah erosi dan mejaga keseimbangan ekosistem Hutan Mangrove, serta sebagai komitmen dedikasi Kerja Keras Adalah Energi kita.

Bercerita tentang pelestarian lingkungan, seharusnya pertamina juga ikut kerja keras dalam partisipasi penyelamatan bumi dari perubahan iklim dan pemanasan global (global warming) akibat karbondioksida (CO2), asam nitrat dan metana. Hal ini menjadi tantangan paling serius yang dihadapi pada abad 21 ini. Namun, tidak dapat kita pungkiri bahwa sedikit tidaknya bahan bakar minyak yang diproduksi Pertamina juga merupakan faktor penyebab terjadinya perubahan iklim.

Jadi, realisasi kerja keras Pertamina dalam pelestarian lingkungan adalah dititik beratkan pada proses menghilangkan karbondioksida. Hal ini dapat dilakukan dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Sebaiknya pohon, yang memiliki pertumbuhan relatif cepat dan daya adaptasi tinggi, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis dan menyimpan karbon dalam kayunya. Selanjutnya, Pertamina juga harus aktif dalam rehabilitasi hutan gundul dan mengalih fungsikan lahan pertanian non-produktif (kritis) dengan menanam pepohonan, seperti merekomendasikan penanaman pohon mengelilingi lahan pengembangan tanaman jarak pagar.

Berdasarkan uraian di atas, maka Pertamina memegang peranan penting dalam negara kita. Kerja keras mulai dari hal penyediaan energi kita sampai pada hal pelestarian lingkungan. Sebagai masyarakat kita harus memberikan dukungan penuh kepada program-program Pertamina, serta membawa dan menjadikan semboyan Pertamina Kerja Keras Adalah Energi Kita sebagai motivasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.